Sumber: https://www.lokerkaltim.net/2018/03/lowongan-kerja-rs-hermina-balikpapan.html |
Baru sekitar seminggu saya berhasil bebas dari ranjang Rumah Sakit, setelah seminggu pula diinapkan karena dicium oleh Aedes Aegypti yang terkenal dengan virus pemakan trombosit (berucap dengan penuh kegemasan, heheheee).
Ketika itu Kota Balikpapan, bahkan sebagian Kalimantan (khususnya KalTim) gelap gulita karena konon terjadi gangguan pembangkit listrik Mahakam yang menyebabkan pemadaman listrik secara serentak. Pemadaman listrik di kawasan perumahan tempat saya tinggal, mulai padam pada pukul 21:00 Wita hingga pukul 05:00 Wita keesokkan harinya.
Saya yang biasa bertahan dalam kamar gelap gulita dan tanpa udara karena berpikir bahwa pemadaman tidak akan terjadi begitu lamanya, hingga listrik kembali nyala, akhirnya tidak mampu bertahan juga. Bahkan saya sudah tidur tanpa busana karena tidak tahan mandi keringat. Maklum kondisi lagi membawa nyawa saya sendiri dan sang jabang bayi dalam kandungan. Belum lagi Aisyah yang juga terlihat sangat gerah dalam tidurnya. Akhirnya saya pun memutuskan membuka jendela kamar karena tidak mungkin juga kami tidur hingga pagi tanpa udara. Ketika itu sudah mendengar isyu bahwa pemadaman akan terjadi hingga pagi hari.
Siang harinya, aku dan Aisyah ikut JiPi ke rumahnya, sepulang para ponakkanku dari sekolahnya, maklum mumet di rumah efek mati lampu semalaman. Malam harinya baru deh dijemput sama Daddynya Aisyah, bermaksud minta langsung diantar ke ewalk karena dapat undangan nobar film 'Terbang Menembus Langit', tapi apa daya Aisyah bobo di mobil dan mendadak memang body saya ada rasa ngga enak. Akhirnya menyempatkan diri untuk foto bareng artis-artisnya saja dong ya, heheeee, setelah itu langsung cabut, pulang ke rumah.
Nah, di rumah, saya kelonin Aisyah sambil meriang juga di dalam selimut, bahkan tanpa menghapus make up dari wajah saya langsung ikut terlelap. Keesokkan harinya mendadak kaki saya kesemutan, keseleo, dan segala macam rasa deh, bahkan untuk bisa terlelap harus meminta Mami saya mengurutnya dulu. Tidak nafsu makan, tidak ingin minum, inginnya baring saja dengan tubuh yang berganti-ganti kondisi antara meriang dan keringat dingin, tapi juga tidak mampu terlelap karena kesakitan pada kedua kaki. Sempat dua harian saya bertahan dengan kondisi seperti itu, hingga saya terpaksa menyerahkan Lassie untuk diadopsi oleh tetangga saya karena tidak dapat merawatnya, justru saya dalam perawatan Mami saya juga, sedangkan suami, dia tak akan bisa setelaten saya merawat Lassie, bahkan sebagian besar waktunya saja tidak bersama saya dan anak di rumah, melainkan di ruko. Khawatir Lassie kelaparan di rumah. Semoga Lassie lebih menemukan kebahagiaannya di sana, setelah setahun ia bersama kami sejak ditelantarkan orang di daerah Gunung Kawi. Aisyah tampak sangat kehilangan Lassie. Kucing kecil di rumah pun kami lepas di dekat warung makan, kasian, karena tidak ada yang bersedia adopsi, daripada kelaparan di rumah.
Karena kesakitan banget dan ngga enak minta pijat nyokap terus, maksudnya sih mau panggil bidan home care lagi ke rumah, karena dulu sempat keram kaki hamil enakan setelah dipijat, tapi harus janjian dulu, jadi deh buat janji jam 7 malam, maksudnya supaya bisa bobo nyaman malam itu. Tapi karena tidak tahan, akhirnya siang hari menjelang sore minta diantar dulu ke UGD RS Hermina, kaki sudah nyaris ngga bisa jalan, gemetar bo' kayak nenek-nenek, heheheee. Sesampainya di UGD langsung dijemput pakai kursi roda, trus disuruh nimbang badan dan langsung dicek loh kondisinya setelah menyerahkan kartu BPJS Kesehatan yang kumiliki. Segala cek darah dan kulit. Mau dicek pipis juga, karena khawatir infeksi kandung kemih, tapi belum ingin pipis, lagian susah banget mau bangun-bangun bawa perut besar dengan kaki belum normal. Eh belum sempat cek pipis, udah keluar deh hasil darahnya yang menyatakan kalau trombositnya hanya 86rb. Cek ruam dan bekas gigitan mesra si Aedes Aegypti, ternyata memang ada, dinyatakan positif deh kalau aku kena Demam Berdarah. Duh, ternyata Demam Berdarah begitu menyiksa, jauhkan bala, naudzubillahi min dzalik. Masih alhamdulillah sih, karena aku yang kena, kalau Aisyah bagaimana dia bisa tahan? Sakit banget deh.
Waktu ditanyain oleh dokter UGD mengenai dokter kandunganku, spontan aku bilang Dokter Ketut, jadi deh langsung diarahkan ke Dokter Ketut, kemudian Dokter Penyakit Dalamnya oleh Dokter Robinson. Ada lagi seorang dokter umum, tapi lupa namanya. Kunjungan dokter dilakukan secara rutin setiap pagi, dan cukup terkejut karena ternyata sedikit salah paham, rupanya ada dua Dokter Ketut di Balikpapan, heheheee. Saya biasa ke praktek Dokter Ketut Rama Wijaya di Bidan Nilawati, sedangkan yang di RS Hermina adalah Dokter Ketut Widaya yang biasa bertugas di RS Penajam juga. Tapi sama bagusnya, Dokter Ketut Widaya orangnya juga telaten dan teliti juga. Kebetulan dua orang dokter yang nangani saya, Dokter Robinson dan Dokter Ketut Widaya, sama-sama dari Penajam.
Saya masuk opname di RS Hermina Balikpapan karena DBD, merupakan pasien BPJS kelas 3, tetapi karena ruangan kelas 3 sedang full, saya dititipkan di kelas 2 terlebih dahulu. Untuk pelayanan dokter maupun suster sejak masuk UGD hingga di dalam ruangan, sama sekali tidak ada bedanya, semuanya bersikap sangat ramah, baik, dan telaten dalam menangani pasien. Sama sekali tidak seperti yang saya takutkan selama ini, yaitu perbedaan perlakuan beberapa RS terhadap pasien berkartu BPJS. Itupun karena isyu di beberapa artikel yang mungkin memang ada beberapa RS yang tidak profesional, tapi saya unjuk empat jempol deh buat RS Hermina Balikpapan atas perlakuannya yang luar biasa baik, bahkan hingga akhir opname saya tidak dipindah ke kamar dengan klasifikasi kelas BPJS yang sesungguhnya karena kondisi yang tidak boleh banyak bergerak, bahkan dipasang kateter dan dua kali mendapat donor trombosit dengan total 4 kantung.
Sempat sangat khawatr ketika saya masuk RS, karena saya meninggalkan Aisyah, anak saya, bersama para sepupunya untuk diasuh oleh kedua orang tua saya, sedangkan trombosit saya tak kunjung meningkat hingga hari keenam sejak demam pertama kali. Saya pikir kali ini saya bakal 'lewat', karena sudah dapat donor trombosit segala, tetapi malahan trombosit saya turun menjadi 46rb, hari berikutnya malahan sisa 20rb-an. Duh sedih banget, gila ngebayangin kalau Aisyah harus meneruskan hidupnya tanpa saya, satu-satunya orang yang mampu menyayanginya sepenuh hati, yang dapat mempertahankan hak-haknya sampai titik darah penghabisan. Apalagi kalau ngebayangin dia dimarahin JiPi-nya tanpa ada pegangan, berbeda dengan yang lain.
Sempat menambah kekhawatiran sewaktu Direktur RS Hermina Balikpapan dan wakilnya berkunjung untuk menjenguk saya. Hanya saya dalam ruangan itu yang dijenguk. Saya senang dapat bertemu langsung dengan Direktur dan Wakilnya yang juga luar biasa ramah-ramahnya, tetapi karena kegalauan saat itu, saya justru sangat takut kalau-kalau Pak Direktur dan Bu Wakil khusus menjenguk pasien yang tidak ada harapan. Apalagi tidak lama saya di RS, seorang tante saya dikabarkan meninggal dunia di RS Kanujoso, kebetulan beliau sudah sekitar 3 tahun lebih berjuang melawan kanker payudara. Sedih banget. Alhamdulillah anak-anak beliau lelaki semua, serta sudah dewasa dan mandiri.
Karena trombosit yang terus menurun, terpaksa saya masih harus bersabar berpisah dengan Aisyah untuk menginap di kamar rumah sakit yang jadual tetapnya adalah pengambilan darah setiap jam setengah 6 pagi. Dari rasa nyut saat disuntik untuk pengambilan darah, hingga tak berasa sakit lagi ketika ditusuk. Alhamdulillah hari kelima di RS trombosit mulai naik menjadi 55rb. Kata suster sih harus minimal 100rb sudah boleh keluar dari RS. Kuncinya hanyalah minum air putih yang banyak. Sejak masuk RS saya memang sudah kayak sapi glonggongan, setiap hari 3,5-4 Liter air putih saya teguk. Saya tidak begitu suka air putih, tapi demi sembuh dan berkumpul dengan Aisyah kembali. Selalu dilakukan pengecekan oleh dokter dan suster, sampai sempat sensi juga sama salah seorang suster yang selalu berpikir saya kurang minum air putih, padahal susternya bermaksud baik, maaf yaa Suster Lia (kalau tidak salah itu namanya, para suster di Hermina wajib memperkenalkan dirinya), maklum, emak-emak yang lagi hamil+sakit+pisah sama anak sensinya memang double-double. Itu suster teramah dan terbaik sebenarnya, tapi pas kena sensinya saya saja, hiks.
Hari berikutnya trombosit saya naik sebanyak-banyaknya, eits, meski belum sepenuhnya normal tapi sudah mencapai 122rb, dan ketika bertanya apalah sudah bisa keluar pada hari itu, kata Dokter Ketut ada kemungkinan besok pagi karena malam harinya masih harus suntik pematangan paru sekali lagi. Hampir sama kasusnya dengan Aisyah dulu. Aisyah pun waktu usia 7 bulan kandungan, saya disuntik pematangan paru sebanyak 4 kali agar ia mampu ketika harus lahir secara prematur. Alhamdulillah, Dokter Ketut orangnya fleksibel dan memajukan satu jam untuk suntik pematangan paru yang keempat, yaitu jam 9 malam. Setelah itu, saya langsung dilepas selang infusnya. Kalau kateter sudah dilepas sejak sore hari dan itu rasanya legaaa banget. Meski malam, saya langsung mandi karena badan sudah terlalu lelah eehh bau, wkwkwkk, seminggu tanpa mandi. Lagian semangat banget karena bisa memberikan kejutan pada Aisyah kalau saya pulang.
RS Hermina sangat cepat mengurus segala sesuatunya. Administrasi sudah diuruskan semuanya oleh suster sejak sore hari merencanakan akan keluar RS pada malam hari itu juga. Jadi ketika malam hari tiba, kami tinggal membereskan segala sesuatunya untuk keluar dari RS. Kami tak mengeluarkan uang sepeserpun untuk membayar biaya RS, semua ditanggung oleh BPJS Kesehatan, diurus dan dilayani dengan baik oleh RS Hermina Balikpapan.
Bukan hanya itu, pada tanggal 23 April kemarin, saya mendapatkan surat kontrol oleh Dokter Ketut, tetapi karena belum begitu mengerti prosedurnya, jadi kami langsung datang saja pada malam hari pas jam prakteknya. Ternyata pelayanan untuk BPJS hanya sampai jam 6 sore, namun kami tetap diuruskan terlebih dahulu sambil menyiapkan dokumen BPJS. RS Hermina dengan profesional masih menerima kami sebagai pasien untuk kontrol berobat jalan meskipun telah lewat waktunya.
Keren banget deh RS Hermina Balikpapan dalam berkolaborasi dengan BPJS Kesehatan.
Saya sembuh, tapi memang merasakan perbedaan pada diri Aisyah, mendadak ia menjadi lebih manja dan jago merengek serta selalu memarahi saya seolah ia kesal karena sempat saya tinggalkan cukup lama. Duhh, ngga bisa saya bayangkan jiwanya anak-anak yang harus berpisah dengan ibu dan bapaknya setiap hari karena keduanya bekerja saat mereka masih lelap dan pulang kerja saat mereka sudah lelap.
Saya sempat kewalahan menghadapi dia yang mengamuk di Mall Gajah Mada karena keinginannya tidak saya penuhi, ia terus-menerus berteriak sambil memukul dada saya hingga tertidur di pangkuan saya. Bukan merasa kesal, justru saya merasa sangat menyesal dan bersalah, sehingga membiarkannya saja bersikap seperti itu, tapi tanpa menuruti kemauannya juga ... gila saja, yang dia mau topi transformer, bukannya topi tsum-tsum yang unyu-unyu. Anak gadisku agak tomboy, dan aku tidak ingin ia merasa itu wajar, apalagi hingga ia dewasa.
Semoga aku dan anak-anakku panjang umur selalu, diberi kesehatan selalu, agar dapat selalu berkumpul bersama-sama, hingga ia dewasa, menikah, memiliki anak-anak yang lucu, begitupun aku yang menjadi tua dan sempat memberikan kasih sayang kepada para cucu, aamiin yaa Rabb.
Kesehatan itu mahal harganya ... bukan biaya RS nya, tetapi waktu yang terbuang untuk berobat meninggalkan orang-orang terkasih, melewatkan moment yang berharga bersama mereka semua. Tetapi siapa sih yang mau sakit? Selalu berdoa saja agar dijauhkan dari berbagai macam penyakit, aamiin yaa Rabb.
Comments
Post a Comment