Lima tahun di perantauan, tidak membuat saya melupakan pulau maupun kota tempat saya lahir dan dibesarkan. Saya sebagai anak yang dipingit oleh kedua orang tua saya, terlalu dimanja dan dikhawatirkan sehingga jarang keluar rumah bersama teman-teman, antar-jemput di sekolah tak pernah absen sehingga tidak berani naik taksi (sebutan untuk angkot di Balikpapan) seorang diri, tergolong sebagai anak kuper dan sebagainya, mendadak dilepas seorang diri untuk menempuh pendidikan perguruan tinggi di perantauan, membuat saya seperti burung yang baru terbebas dari sangkar emas. Bahkan saat itu saya mengatakan kepada kedua orang tua saya bahwa saya sama sekali tidak HOMESICK . Sistem perkuliahan kampus saya yang hanya dari hari Senin sampai Kamis, membuat saya mempunyai banyak waktu luang untuk menikmati masa muda saya. Hampir setiap minggu saya bersama kekasih dan teman-teman saya berwisata ke tempat-tempat yang cukup jauh dari indekos dan kampus saya. Saya kuliah di Nusa Dua, bahkan di bukit (