Lima tahun di perantauan, tidak membuat saya melupakan pulau maupun kota tempat saya lahir dan dibesarkan. Saya sebagai anak yang dipingit oleh kedua orang tua saya, terlalu dimanja dan dikhawatirkan sehingga jarang keluar rumah bersama teman-teman, antar-jemput di sekolah tak pernah absen sehingga tidak berani naik taksi (sebutan untuk angkot di Balikpapan) seorang diri, tergolong sebagai anak kuper dan sebagainya, mendadak dilepas seorang diri untuk menempuh pendidikan perguruan tinggi di perantauan, membuat saya seperti burung yang baru terbebas dari sangkar emas. Bahkan saat itu saya mengatakan kepada kedua orang tua saya bahwa saya sama sekali tidak HOMESICK.
Sistem perkuliahan kampus saya yang hanya dari hari Senin sampai Kamis, membuat saya mempunyai banyak waktu luang untuk menikmati masa muda saya. Hampir setiap minggu saya bersama kekasih dan teman-teman saya berwisata ke tempat-tempat yang cukup jauh dari indekos dan kampus saya. Saya kuliah di Nusa Dua, bahkan di bukit (Bali paling ujung selatan), tapi saya menjelajah sampai ke Singaraja (Bali Utara). Pertama kalinya saya merasakan pergi ke DuGem (Dunia Gemerlap) yaitu Hardrock Cafe, juga merasakan party bersama teman-teman kuliah di sebuah resort. Foya-foya tanpa memikirkan orang tua yang setengah mati mencarikan saya uang demi pendidikan dan dengan teganya saya bilang sama sekali tidak homesick dan merasa sangat menikmati dunia saya di peratauan. Walau setahun sekali kedua orang tua saya mengumpulkan uang makan mereka agar saya bisa pulang ke rumah (catat: setahun sekali), tetap yang keluar dari mulut saya adalah tidak homesick dan hanya terpaksa pulang ke rumah.
Sampai masalah demi masalah timbul, kekasih dari sahabat saya mencemburui saya dan menyatakan bahwa saya penyebab keretakan hubungan mereka serta mengancam akan melabrak saya, kekasih saya dipukuli penduduk setempat karena kekasih saya marah ketika mereka menggoda saya, saya mendapat masalah dengan dosen ter-killer di kelas dan ter-matre di akademik sehingga terancam wisuda tertunda lebih lama lagi (hanya karena satu mata kuliah), air mata saya tak terbendung lagi sehingga tumpah-ruah di teras akademik, kecelakaan motor yang menyebabkan pacar saya mendapat 4 jahitan di dagunya (beruntungnya saya yang berada di boncengan terselamatkan tanpa kurang apapun, Alhamdulillah), dan sebagainya.
Akhirnya rasa itu tumbuh. Saya mengakui dalam hati bahwa saya homesick. Bahkan saya telah memutuskan untuk mengambil Bukit Bangkirai, sebuah Kawasan Wisata Alam (KWA) yang terletak di Kutai Kartanegara sekitar 38 Kilometer dari Kota Balikpapan, sebagai bahan skripsi saya. KWA yang terkenal dengan jembatan gantungnya atau biasa kita kenal dengan Canopy Bridge ini menjadi satu-satunya KWA di Kalimantan Timur yang kemudian saya kunjungi ketika itu. Apalagi kalau bukan demi skripsi dan demi mengobati kerinduan saya akan kampung halaman saya. Satu bulan saya mengadakan penelitian itu. Yang lebih menyenangkan lagi, saya ditemani oleh kedua orang tua saya, dan juga keluarga saya yang lainnya. Bahkan saya bersama adik-adik saya nekad berenang usai melakukan penelitian di sana sambil berwisata alam menyusuri track II menuju Canopy Bridge. Sepanjang jalan kami berkenalan dengan pohon-pohon yang sudah diadopsi oleh orang, ada pohon yang sudah tumbang juga karena berusia 250 tahun, ada sebuah pohon yang bernama pohon genta yang difungsikan sebagai SOS (untuk meminta pertolongan jika tersesat di dalam hutan dengan cara mengambil kayu dan memukulkannya di batang pohon itu sehingga menggaung di dalam hutan), bunyi-bunyian khas hutan yang membuat perasaan tenteram, dan sebagainya. Intinya saya sangat menikmati penelitian sambil berwisata saat itu.
KWA sebagus itu, fasilitas yang sudah cukup baik dan lengkap, sayang jika tidak dikelola dengan baik. Ketika itu jalan menuju ke sana saja harus dengan penuh perjuangan. Jalan akses yang terlalu kecil dan tidak rata (ketika itu loh), setelah menempuh perjalanan 38 Km dari Kota Balikpapan, bisa jadi membuat wisatawan malas untuk berkunjung. Ingin rasanya berkunjung ke sana lagi, setelah empat tahun tidak berkunjung, sudah mengalami perubahan apa saja ya? InsyaAllah kalau dapat cuti membawa keluarga berkunjung ke sana lagi, mencoba nginap di cottage? Siapa takut?!
Catatan: Kalau klik pada judul di atas, langsung konek ke website 'Kutai Kartanegara' ya? Bukan karena apa-apa, hanya memperkenalkan website-website yang berhubungan dengan Kalimantan Timur.
Sistem perkuliahan kampus saya yang hanya dari hari Senin sampai Kamis, membuat saya mempunyai banyak waktu luang untuk menikmati masa muda saya. Hampir setiap minggu saya bersama kekasih dan teman-teman saya berwisata ke tempat-tempat yang cukup jauh dari indekos dan kampus saya. Saya kuliah di Nusa Dua, bahkan di bukit (Bali paling ujung selatan), tapi saya menjelajah sampai ke Singaraja (Bali Utara). Pertama kalinya saya merasakan pergi ke DuGem (Dunia Gemerlap) yaitu Hardrock Cafe, juga merasakan party bersama teman-teman kuliah di sebuah resort. Foya-foya tanpa memikirkan orang tua yang setengah mati mencarikan saya uang demi pendidikan dan dengan teganya saya bilang sama sekali tidak homesick dan merasa sangat menikmati dunia saya di peratauan. Walau setahun sekali kedua orang tua saya mengumpulkan uang makan mereka agar saya bisa pulang ke rumah (catat: setahun sekali), tetap yang keluar dari mulut saya adalah tidak homesick dan hanya terpaksa pulang ke rumah.
Sampai masalah demi masalah timbul, kekasih dari sahabat saya mencemburui saya dan menyatakan bahwa saya penyebab keretakan hubungan mereka serta mengancam akan melabrak saya, kekasih saya dipukuli penduduk setempat karena kekasih saya marah ketika mereka menggoda saya, saya mendapat masalah dengan dosen ter-killer di kelas dan ter-matre di akademik sehingga terancam wisuda tertunda lebih lama lagi (hanya karena satu mata kuliah), air mata saya tak terbendung lagi sehingga tumpah-ruah di teras akademik, kecelakaan motor yang menyebabkan pacar saya mendapat 4 jahitan di dagunya (beruntungnya saya yang berada di boncengan terselamatkan tanpa kurang apapun, Alhamdulillah), dan sebagainya.
Akhirnya rasa itu tumbuh. Saya mengakui dalam hati bahwa saya homesick. Bahkan saya telah memutuskan untuk mengambil Bukit Bangkirai, sebuah Kawasan Wisata Alam (KWA) yang terletak di Kutai Kartanegara sekitar 38 Kilometer dari Kota Balikpapan, sebagai bahan skripsi saya. KWA yang terkenal dengan jembatan gantungnya atau biasa kita kenal dengan Canopy Bridge ini menjadi satu-satunya KWA di Kalimantan Timur yang kemudian saya kunjungi ketika itu. Apalagi kalau bukan demi skripsi dan demi mengobati kerinduan saya akan kampung halaman saya. Satu bulan saya mengadakan penelitian itu. Yang lebih menyenangkan lagi, saya ditemani oleh kedua orang tua saya, dan juga keluarga saya yang lainnya. Bahkan saya bersama adik-adik saya nekad berenang usai melakukan penelitian di sana sambil berwisata alam menyusuri track II menuju Canopy Bridge. Sepanjang jalan kami berkenalan dengan pohon-pohon yang sudah diadopsi oleh orang, ada pohon yang sudah tumbang juga karena berusia 250 tahun, ada sebuah pohon yang bernama pohon genta yang difungsikan sebagai SOS (untuk meminta pertolongan jika tersesat di dalam hutan dengan cara mengambil kayu dan memukulkannya di batang pohon itu sehingga menggaung di dalam hutan), bunyi-bunyian khas hutan yang membuat perasaan tenteram, dan sebagainya. Intinya saya sangat menikmati penelitian sambil berwisata saat itu.
KWA sebagus itu, fasilitas yang sudah cukup baik dan lengkap, sayang jika tidak dikelola dengan baik. Ketika itu jalan menuju ke sana saja harus dengan penuh perjuangan. Jalan akses yang terlalu kecil dan tidak rata (ketika itu loh), setelah menempuh perjalanan 38 Km dari Kota Balikpapan, bisa jadi membuat wisatawan malas untuk berkunjung. Ingin rasanya berkunjung ke sana lagi, setelah empat tahun tidak berkunjung, sudah mengalami perubahan apa saja ya? InsyaAllah kalau dapat cuti membawa keluarga berkunjung ke sana lagi, mencoba nginap di cottage? Siapa takut?!
Catatan: Kalau klik pada judul di atas, langsung konek ke website 'Kutai Kartanegara' ya? Bukan karena apa-apa, hanya memperkenalkan website-website yang berhubungan dengan Kalimantan Timur.
love it bukit bengkirai..apalagi klo sambil nginep..tapi jangan nginep di lodge/villa nya, yang asyik nginep di utannya...dulu pernah nginep di utannya, pas di pos satu menuju cannopy bridge,,ajrettttt..adrenaline bertambah apalagi pas ada doyle (anjing utan)ama beruang...muka ampe putih..xixixi..pas pagi baru deh ketahuan ama polhut nya inhutani,,,kita nyewa di lodge tapi ngga di tidurin..
ReplyDeleteWah seru abis ya pengalamannya. Thanks yah uda dishare disini ... ^_^
ReplyDelete