Sumber: http://ketemulagi.com/generasi-bahagia-generasi-anak-tahun-90-kebawah/ |
"Ular naga panjangnya, bukan kepalang, menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang lezat itulah yang dicari, ini dianya yang terbelakang."
Mengenang masa kecil saya di daerah Gunung Sari, Kota Balikpapan, dimana lingkungan asri terletak pada area milik keluarga besar dengan luas sekitar setengah hektar, yang terdapat banyak bangsal (rumah kayu petak berbatas dinding satu sama lain) milik kakek saya, menjadi sebuah perkampungan dan berdekatan dengan kampung lainnya, masih banyak pepohonan (hingga kini), namun ada beberapa yang sudah hilang bahkan tak tersisa, bebas dari kendaraan karena tak ada jalan besar di kawasannya dan bukan merupakan jalan umum, sehingga bebas anak-anak 'kampung' (kami) bersenda gurau, berlarian kian kemari, dan memainkan irama kegembiraan kami tanpa mengenal gadget. adapun lotus 123 sudah yang paling canggih berada di perusahaan milik papa saya, tapi jangankan menggunakannya, menyentuh pun saya tidak berminat.
Masih jelas dalam ingatan saya kesukaan saya mengejar dan menangkap belalang (grasshopper) berwarna hijau yang melompat dengan riang diantara tanaman bunga liar yang menyerupai bunga matahari juga di antara bunga tahi ayam, yang semuanya tumbuh subur di samping rumah kakek saya dan sepanjang jalan tanjakan, kebetulan kawasan kami jalan masuknya turun tanjakan dari jalan raya (lebih rendah dari jalan raya). Kala itu, rumah kakek masih ditempati oleh orang yang ngontrak, berganti-gantian, sementara kakek saya menempati rumahnya di daerah lain. Sekarang tanaman tahi ayam itu sudah tak tersisa, termasuk belalang yang melompat suka cita di dedaunannya.
Sumber: http://wwwnuansamasel.blogspot.co.id/2011/07/ |
Sumber: http://tipspetani.blogspot.co.id/2017/10/bunga-tahi-ayam-yang-berkhasiat-tinggi.html |
Ada lagi sebuah tanaman yang tumbuh subur di sekitar rumah kakek saya tersebut, kebetulan rumah beliau dan rumah orang tua saya berjarak sekitar 5 meter saja, masih teringat jelas juga diingatan saya pohon yang tingginya tentu lebih tinggi dari saya kala itu, dan terdapat biji-bijian yang tumbuh subur di antara dedaunannya, biji yang sangat kecil berwarna hijau dan ketika tua berwarna kuning, sering saya manfaatkan bersama para sepupu dan kawan-kawan saya ketika itu untuk bermain ulek-ulekan. Menguleknya pun hanya beralaskan lantai semen yang sudah ada dengan batu sebagai penguleknya, dan bersuka citalah kami ketika itu. Saya bahkan tak tahu namanya, dan mencoba bertanya kepada mami saya, namun beliau menolak untuk mengingatnya, agak susah memang mendapatkan informasi dari mami saya, beliau bukan tipikal orang yang suka cita ketika ditanyai apalagi diminta mengingat sesuatu. Siapa tahu ada pembaca yang mengetahui atau bisa mengingatnya, boleh membantu saya menginformasikannya ya, karena saya rindu, meski rindu saya bukan berarti rindunya kalian, tapi rindu itu berat. Heheheee ...
Di samping itu, di samping tanah lapang antara rumah kakek saya dan rumah orang tua saya, ditumbuhi tanaman merambat diantara pepohonan bambu yaitu tanaman buah rambusa, buahnya mirip markisa di dalamnya, kulitnya berwarna kuning tua, dibungkus oleh bulu-bulu halus lagi, mungkin di daerah lain dikenal dengan letup atau buah ulat bulu kali ya? Saya suka mengambil buahnya dan menikmati isinya. Kersen (Ceri Indonesia) sudah biasa di jaman now, tapi rasanya anak-anak sekarang tak pernah tahu buah rambusa, karena sudah jarang ditemui. Di tempat saya dibesarkan tersebut pun sudah habis tak bersisa seakar-akarnya. Padahal ketika saya mencari gambar buah rambusa melalui mbah google, ternyata banyak sekali artikel yang membahas mengenai khasiatnya dalam kesehatan. Duhh, seandainya bisa mengulang waktu.
Sumber: https://www.wartasolo.com/70760/manfaat-dan-khasiat-buah-rambusa-untuk-kesehatan.html |
Naga. Ada yang pernah melihat naga? Kalian di jaman now pasti tidak pernah melihat naga. Tapi kami, anak Balikpapan jaman dulu sudah bermain dengan naga. Bukan seperti gambaran naga di negeri dongeng, yang bertubuh besar dan panjang, serta mengeluarkan semburan nafas api dari hidung dan mulutnya, melainkan naga yang kecil dan bersembunyi di bawah tanah dengan cara membuat lubang-lubang kecil. Keisengan kami adalah mengusik tidur mereka, memancing menggunakan karet yang diputus, dan ketika karet bergerak, artinya sang naga sudah terkena pancingan sehingga tinggal ditarik naik. Kemudian naga-naga tersebut kami kumpulin di kaleng yang sudah diisi tanah agar ia bisa membuat lubang kembali. Memang kurang kerjaan dan iseng sekali, tetapi kami yang belum mengenal gadget merasakan sensasi kebahagiaan karenanya. Sepertinya saya tidak pernah melihat lubang-lubang naga lagi sekarang. Mungkin juga mereka telah terkubur di dalam tanah selamanya karena pembangunan-pembangunan yang kami lakukan seiring perkembangan jaman.
Sumber: http://miftahrizkamuna.blogspot.co.id/2010/10/naga-benar-hidup-di-bumi.html |
Sekarang yang tersisa hanya pohon buah-buahan saja di sana, ada rambutan, mangga pencit (saya baru tahu namanya sekarang, padahal ini mangga favorite saya sedari dulu yang kaya serat, dan ketika masak sekalipun, aroma masamnya tidak hilang sepenuhnya, duh jadi ngiler saya), ada mangga kueni juga, pohon sirsak, kedondong, pohon jambu air, dan banyak pohon kelapa di sekitarnya, dari kelapa gading maupun kelapa hijau. Hanya di Balikpapan pula pohon kelapa tumbuh di gunung, bukan di pantai, heheheee.
Seandainya bisa kembali ke masa lalu menggunakan pintu kemana saja Doraemon atau mesin waktunya, mungkin saya akan mencegah semuanya musnah dari lingkungan tempat saya tinggal dulu, agar bisa membawa anak saya serta merasakan sensasi yang sama. Tetapi semua hal memang telah berubah, bukan hanya lingkungan, melainkan pergaulan, hubungan persaudaraan, dan semuanya tidak ada yang sama rasanya seperti dulu lagi. Mungkin karena kami telah dewasa, mungkin juga karena alam yang telah berubah, atau karena gadget yang tidak dapat dicegah perkembangan pesatnya, dan faktor pribadi yang juga dapat berubah seiring berjalannya waktu.
Tetapi, satu yang pasti, semua yang pernah tinggal di lingkungan saya tinggal dulu, akan merasa rindu sama seperti saya ketika membaca ini. Dimana suasana damai dan ceria masih menaungi keseharian kami dahulu.
Masa lalu tidak sepenuhnya harus dilupakan, gagal move on bukan hanya bagi mereka yang patah hati, peristiwa yang indah bisa saja tak terulang lagi, namun kenangan akan itu semua pasti tetap bersemayam di dalam hati.
Comments
Post a Comment