Skip to main content

Hidayah Kujemput Melalui Pendeta Mualaf, Pengalaman Pribadi, Dan Syiar Baitullah

Sumber: https://baitulmaqdis.com/hidayah/datang-dan-hilangnya-hidayah-allah/

Tidak terasa sudah masuk hari kedua, bulan kedua, tahun 2018. Ini adalah blog yang sudah lama sekali tidak saya kelola, maaf untuk sebagian pembaca yang telah menuliskan komentar namun tidak sempat terjawab oleh saya. Kebetulan saya cukup lama sekali vakum dari menulis blog setelah menikah dan memiliki buah hati. Saya mulai aktif kembali pada tahun 2016, itupun mengisi blog pribadi saya di sini dan sedikit mengabaikan yang lainnya.

Ingin sekali menceritakan beberapa pengalaman saya kali ini.  Pada tanggal 6 Desember 2017, saya mengantarkan Mami saya pergi ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Sepinggan) Balikpapan karena akan bertolak menuju Palembang, kebetulan seorang adik sepupu saya meminang gadis sana dan melaksanakan pernikahan dalam beberapa hari ke depan. Di Bandara, seorang Bapak menggunakan kopiah menyapa saya dan bertanya mengenai anak perempuan balita saya yang berwajah oriental. Beliau menduga saya adalah mualaf karena anak saya nyaris tak ada wajah Indonesia. Tidak sepenuhnya salah karena papa kandung saya adalah Tionghoa dan mualaf, Chinese Medan. Ternyata Bapak tersebut berasal dari Rantau Prapat - Medan, menjadi pendeta sudah 22 tahun, dan terakhir bertugas di Gereja Batak (HKBP) Bontang. Beliau baru 7 bulan menjadi mualaf, dan tujuan beliau saat itu adalah berangkat ke Jakarta karena dipanggil oleh PJI atau apa gitu untuk menandatangani surat pemutusan perjanjian sebagai pendeta.

Sempat saya kisahkan di Facebook ketika itu, dan ada seorang netizen yang ternyata juga sempat bertemu dengan beliau di Banjarmasin dan berkata bahwa tujuan si Bapak setelahnya adalah pergi memperdalam Islam ke Jawa Tengah. MasyaAllah, seorang nasrani yang bahkan sempat lama menjadi pemuka agamanya mendapat hidayah untuk menjadi mualaf dan mengenal ajaran Islam lebih jauh lagi. Sedangkan saya, lahir langsung dirahmati sebagai seorang muslim, tetapi sempat ingkar akan menutup aurat, bahkan dengan lantang berkata "Tak akan pernah menggunakan hijab", apalagi saat saya merantau ke Pulau Dewata, menempuh pendidikan perguruan tinggi, yang bahkan dua periode saat saya masih berada di sana, terorisme menyerang dengan bom bunuh dirinya, mengorbankan orang banyak dengan mengatas-namakan Agama Islam. Jangankan warga lokal di sana, dunia saja turut menyorot Islam, mengatakan bahwa kami agama teroris, terlalu taat akan ajaran agama Islam justru dapat tersesat. Bagi saya yang sekedar lahir namun tak mendalami Islam, menjadi rancu akan salah dan benar, mana jalan yang harus saya ambil, solat pun jarang apalagi memutuskan untuk taat perintahNya yang lain.

Siapa yang sangka justru seiring bergantinya waktu, sekembalinya saya ke Balikpapan, memasuki dunia kerja, justru hati saya tergugah untuk menutup aurat, setidaknya mulai tidak menggunakan busana yang serba terbuka.

Ada rasa malu sih ketika bertemu dengan Bapak mantan pendeta itu. Saya rasa, saya tidak pernah mencintai Islam seperti ia mencintainya, setidaknya mengambil keputusan untuk memilih agama lain yang baru dikenalnya di separuh usianya yang sebagian besar ia habiskan untuk mengabdi melakukan syiar agama yang dikenalnya sejak lahir, bukan perkara mudah, termasuk bukti bahwa ia sungguh mencintai agama yang ia anut sekarang.

Saya lahir sebagai muslim, jangankan untuk syiar mengenai agama saya, menaati perintahnya saja masih setengah-setengah. Kedua orang tua saya memiliki masa muda yang jaya, kaya raya, perusahaan yang makmur, saya pun besar sebagai anak pengusaha yang cukup sukses pada masanya, diantar jemput supir kantor kemanapun saya pergi, bahkan jaman belum ada gofood, saya tinggal meminta supir papa yang biasa mengantar jemput saya untuk membelikan apapun yang saya inginkan ke mini market. Entah berapa ongkosnya kalau kurir yang saya suruh beli sebiji coklat menggunakan armada roda empat (mobil). Dalam kondisi yang mapan, tak terbersit sedikit pun oleh mereka untuk berangkat haji, ataupun umroh terlebih dahulu. Hidayah itu datang justru di saat perusahaan sudah jatuh bangkrut, jangankan untuk berangkat ke tanah suci, untuk makan dari bulan ke bulan saja banyak yang harus dipikirkan. Biaya saya kuliah saja dengan menjual aset bergerak yang tersisa ketika itu. Adapun sebidang tanah kami yang seluas 7 Ha lebih belum menemukan pembelinya. Alhamdulillah di usia mereka yang sudah setengah abad lebih, saya pun telah menikah, property milik papa saya tersebut mendapatkan pembeli. Rencana menyetorkan biaya untuk haji biasa, katanya harus menunggu sekitar 23 tahun lagi. Sedangkan untuk haji plus, kebetulan orang tua saya sedang menjaga anak-anak balita adik angkat saya (lelaki) yang bercerai dengan istrinya tanpa hak asuh jelas, sehingga tidak dapat bepergian lama dalam waktu dekat. Jika anak-anak itu ditinggalkan, siapa yang akan menjaganya, sedangkan ibu kandungnya sendiri tidak begitu perduli, dan adik saya lelaki tentu tidak dapat mengurus anak-anak balita selama sebulan penuh. Akhirnya orang tua saya memutuskan untuk mengikuti umroh terlebih dahulu, yang waktunya hanya sekitar 9 hari saja. Itulah mengapa saat kesempatan ada bersamaan dengan rezeki yang cukup, dekatkan diri kepada Allah, jalankan kelima rukun Islam, agar kesempatan dan rizky itu tidak diambil kembali olehNya.

Saya sendiri, suami saya hanya seorang pemilik warnet dan game center yang semakin berkembangnya teknologi mengalami penurunan jumlah pelanggan. Untuk bermimpi atau membayangkan pergi ke tanah suci yang konon menghabiskan biaya tidak sedikit itu pun saya tidak sanggup, meskipun sekedar umroh, apalagi untuk berangkat haji. Namun baru-baru ini saya berkenalan dengan seorang Ibu Hajjah di sebuah playground mall, mengajak saya untuk mengikuti sebuah seminar inspiratif dan motivatif mengenai tujuan umat Islam menuju Baitullah. Saya pun datang untuk menghadirinya. Baru mulai berkumandang "Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaik Laa Syarika Laka Labbaik, Inal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulka La Syarikalah ..." saja air mata saya sudah menetes. Entah mengapa, saya hanya merasa hati saja bergetar saja sehingga meneteslah air suci dari kedua pelupuk mata saya. Apalagi ketika melihat video seorang tuna daksa yang menolak menggunakan kursi roda saat melakukan tawaf, tanpa kedua kaki (maaf), beliau mengesot (maaf) menuju Baitullah, untuk merasakan secara langsung tanah suci Allah. Sungguh malu rasa hati mengingat saya seorang yang alhamdulillah diberi kelengkapan fisik. Sepertinya bawaan bayi dalam kandungan saya juga saat ini, saya merasa rohani saya tersiram seketika.

Bismillah ... semoga istiqomah, saya menjadi calon jamaah yang kelak akan berangkat umroh sekaligus menjadi Pensyiar Baitullah. Alhamdulillah masih diberi rizky untuk membayar dp umroh dan insyaAllah sanggup membayar cicilan yang tidak berat lagi tidak berbatas waktu. Saya mantap ingin pergi ke Tanah Suci Allah. Saya juga ingin orang-orang sekitar saya merasakan hidayah yang saya rasakan saat ini, karena ternyata mencintai agama itu sangatlah indah. Padahal orang tua saya berangkat umroh menggunakan Travel Arminareka ini dan merasa sangat puas, tetapi saat itu mereka tidak menjelaskan apapun kepada saya, sehingga saya tidak mengetahui bahwa untuk berangkat umroh maupun haji tidak sesusah bayangan saya, karena kebetulan orang tua saya (pertengahan tahun 2015) mengambil paket yang langsung membayar lunas kepada perusahaan travel agar dapat segera berangkat, alhamdulillah pas ada rezekinya juga. Jadi saya merasa bahwa ini memang jalan yang telah ditunjukkan Allah kepada saya.

Oh iya, kebanyakan calon jamaah menanyakan harga paket umroh terlebih dahulu, dan akan memilih paket yang menawarkan harga termurah, padahal yang harus calon jamaah ketahui terlebih dahulu adalah legalitas usaha dari travel yang akan dipilih. Karena Travel Arminareka ini menawarkan paket umroh sekaligus memilih jadual keberangkatannya sehingga jika sudah membayar lunas biaya umrohnya langsung diberangkatkan sesuai jadual yang telah dipilih, tidak ditunda sehari pun.

InsyaAllah saya akan berangkat umroh terlebih dahulu kemudian menyusul berangkat Haji, aamiin yaa Rabb. InsyaAlah dapat berangkatkan seluruh keluarga dan teman-teman saya juga.

Percayalah, sebagian orang lebih berat melakukan pendaftaran (umroh/haji), daripada melunasinya. InsyaAllah segala sesuatunya akan lebih dimudahkan Allah SWT ketika kamu sudah menjemput hidayah. Jangan menunggu hidayah datang, tetapi jemputlah. Mencintai agama sendiri itu sangat indah. Seperti yang kalian tahu bahwa perbedaan itu indah, alangkah indahnya jika seluruh umat taat dengan ketentuan agamanya masing-masing untuk memperjelas perbedaan itu. Karena perbedaan yang indah itu bukanlah menyatukannya melainkan biarkan tetap berbeda dan hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada. Toleransi adalah menghargai kepercayaan dan ketaatan setiap orang di sekitarmu terhadap ajaran agamanya masing-masing.

Yang Islam, marilah kita kembali ke jalan Allah, taati perintahNya, jauhi laranganNya, laksanakan kelima rukun Islam selama masih diberi kesempatan.

- Annisa Tang -
(Pensyiar Baitullah)
Travel Haji/Umrah Arminareka Perdana
WA. 085248500555
PIN BB: D6294A33
Line: annisatangalfonso








Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sekolah Orang Tua di SBC Learning Center Balikpapan Bersama Psikolog Bunda Dwita (Parenting)

Bukan Hanya Anak, Orang Tua Harus Sekolah! Saya seorang ibu dari anak balita perempuan berusia 3,5 tahun. Sejak saya hamil hingga bayi saya lahir dan tumbuh seperti sekarang ini, jarang sekali saya absen dengan kegiatan parenting . Karena sebagai ibu saya merasa masih banyak kekurangan dan ingin terus belajar untuk merawat serta mendidik anak saya dengan baik. Saya bukan tipikal ibu yang mengikuti habit alias didikan turun-temurun dari orang tua saya, melainkan saya ingin menjadikan anak saya memiliki pribadi yang jauh lebih baik daripada saya, bahkan menjadi anak yang berprestasi dan kelak mampu hidup mandiri di atas kakinya sendiri. Saat ia berusia 2 tahun, saya memasukkannya ke sebuah PAUD bilingual bernama  SBC Learning Center atau biasa disebut Bubble Bee juga, yang dekat dengan rumah, karena saat itu saya merasa gagal membuatnya pandai bersosialisasi. Kebetulan Daddy -nya Aisyah jarang berada di rumah, bahkan selalu tidur di ruko, tempat kami buka usaha warnet, me

3 Tempat Makan Yang Menawarkan Keindahan Panorama Balikpapan. Nomor 3 Buat Penasaran!

Pada jaman now , memilih tempat untuk menikmati masakan restoran atau cafe , bukan melulu soal lezat atau tidaknya, melainkan desain tempat yang menarik dan nyaman, serta lokasi yang memanjakan mata membuat suasana makan semakin menyenangkan, terutama bisa mengambil gambar berlatarkan pemandangan yang indah sembari menunggu makanan dihidangkan. Bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, banyak sekali pilihan tempat makan yang menarik sedari dulu, namun mereka yang tinggal di kota kecil terkadang kekurangan tempat untuk nongkrong, berkumpul bersama teman-teman sekedar mengobrol atau arisan setiap bulan, khususnya di Kota Balikpapan. Tapi itu dulu ... Kini di Balikpapan menjamur restoran dan cafe dengan desain tempat yang menarik dan lokasi pilihan yang menawarkan keindahan panorama lingkungan. Berikut 3 diantaranya tempat makan keceh  yang direkomendasikan oleh penulis di Kota Balikpapan: 1. Wood Club Cafe and Resto Tempat makan yang berlokasi di Jalan MT Haryon

Merpati Putih Balikpapan

Artis-artis asal Balikpapan sudah mulai bermunculan di dunia pertelevisian swasta di Indonesia. Awalnya dari model lokal, yaitu memperagakan pakaian butik lokal, ada juga sebagai artis penyanyi, atau para juara lomba model catwalk di Kota Balikpapan ini, maupun bintang film di TVRI Balikpapan. Pada masa-masa sekolah saya, artis-artis Balikpapan yang cukup terkenal di antaranya adalah Herlita Fatahuddin, Ivone Susan, Ririn Ekawati, Jennifer Arnelita, Adelina Annisa, Vicha Mayavirha dan Mona Permatasari. Masih ada beberapa namun saya sudah lupa nama-namanya. Empat nama terakhir yang saya sebutkan kebetulan satu sekolahan dengan saya yang mana Jennifer dan Adelina merupakan adik kelas, sedangkan Vicha dan Mona satu angkatan dengan saya ketika itu, kami semua murid SMP Negeri 1 Balikpapan yang berlokasi di Jln Kapt Piere Tendean Gunung Pasir antara tahun 1996-1998. Pasti kalian sudah tidak asing dengan nama Jennifer Arnelita Rampengan. Yah, Gadis berdarah Manado ini adalah artis penyanyi